Langkisau
Bukit Langkisau bukan sekadar untuk menikmati panorama. Para penggemar olahraga paralayang menjadikan bukit ini sebagai lokasi mereka “terbang”. Di kawasan ini komunitas paralayang biasa tampil.
Tak hanya itu, bukit ini pun menjadi lokasi acara-acara lomba paralayang hingga tingkat nasional dan internasional. Angin dan lokasinya memang cocok sebagai tempat melakukan paralayang.
Bahkan setiap tahunnya diadakan Festival Paralayang.
Pengunjung bisa saja mencoba sendiri paralayang. Terbang di atas lautan dan kota Painan tentu meninggalkan kesan lebih mendalam dibanding sekadar duduk-duduk menikmati panorama. Cobalah uji adrenalin dengan “terbang” dengan paralayang.
Tak bisa paralayang? Tenang saja, seperti paralayang di Puncak Pass, Jawa Barat, di sini Anda juga bisa melakukan paralayang secara tandem. Jika ini kali pertama Anda mencoba paralayang, ketegangan dan jantung berdebar sudah pasti, tetapi panorama yang menakjubkan menjadi bayaran setimpal.
Tambang Emas Salido (1669 - 1928)
Saat ini sedang heboh-hebohnya soal illegal mining emas di Solok Selatan, yang konon menghasilkan 60 kg emas perhari (!). Dikabarkan bahwa ada sekitar 300 eksavator yang mengeruk sepanjang Sungai Batang Hari yang melalui kabupaten tersebut. Konon lagi, penggantian Kapolda Sumbar beberapa waktu lalu juga terkait dengan soal emas ini. Tapi bagi ambo agak lucu juga kalau eksavator yang berjumlah ratusan itu disebut illegal. Karena yang illegal itu biasanya kan sembunyi-sembunyi. Nah, sekarang bagaimana caranya eksavator bekerja secara sembunyi-sembunyi? Mau datang lewat mana dia? Diantar pakai helikopter? BBM-nya beli dimana? Naik helikopter juga? welehweleh..
Ya, kita hentikan saja pembicaraan soal Solok Selatan. Pihak yang berwenang sedang mengurusnya. Yang jelas kasus ini mengingatkan ambo kepada tambang emas yang konon tertua di Indonesia, yaitu tambang emas Salido di dekat Painan.
Sebenarnya kemasyhuran pulau Sumatera sebagai Swarna Dwipa atau Pulau Emas sudah lama terdengar oleh bangsa Eropa melalui cerita-cerita para pelaut dari Timur. Konon para raja yang berkuasa di Swarna Dwipa menggunakan emas selain untuk alat tukar juga untuk menghias istana. Bahkan untuk melempari ikan di kolam di kerajaan Dharmasraya sang raja menggunakan batangan-batangan emas. Begitulah saking kayanya dengan emas. Sementara daerah yang dianggap sebagai biang emas adalah daerah di sepanjang aliran sungai ke Samudra Hindia yang berhulu di Bukit Barisan.
Salah satu negeri yang tercatat dalam catatan bangsa Eropa memiliki tambang emas itu adalah Salido. Dalam catatan kolonial disebut Salida. Berasal dari bahasa Portugis yang berarti Jalan Keluar. Memang Salida adalah pintu gerbang (atau jalan keluar) bagi bangsa Eropa untuk keluar dan masuk ke pulau Sumatera dari Loji/Benteng mereka yang berlokasi di Pulau Cingkuak. Pulau Cingkuak sendiri posisinya tepat berada di depan Salido. Nama Salida mulai populer ketika VOC mendapat konsesi untuk berdagang di pantai barat Sumatera melalui Perjanjian Painan pada Mei 1662.
Mandeh Resort
Mandeh merupakan kawasan wisata yang terletak di Kecamatan Koto XI Tarusan yang berbatas langsung dengan Kota Padang. Kawasan ini hanya berjarak 56 Km dari Padang dengan Luas ± 18.000 Ha dan waktu tempuh sekitar 56 menit. Kawasan Wisata Mandeh melingkupi 7 Kampung di 3 nagari yang dihuni oleh 9.931 jiwa penduduk dengan mata pencaharian bertani, berternak dan nelayan.
Objek wisata Kawasan Mandeh (Mandeh Resort) sudah dikenal baik tingkat nasional maupun Internasional dengan adanya investasi asing (Itali), mengembangkan resort wisata yang dikenal dengan Cubadak Paradiso. Bahkan Kawasan Mandeh telah menjadi destinasi utama kebijakan sector pariwisata kebaharian yang dimasukkan kedalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) bersama biak dan Bunaken. Kawasan Wisata Mandeh sangat menjanjikan untuk dijadikan tujuan investasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar